Sumber kecintaan jiwa itu berkaitan dengan sesuatu yang mendalam di dalam hatinya, sebagaimana halnya penyakit badan yang disebabkan oleh keinginan atau nafsu terhadap sesuatu yang dapat merusak tubuh. Jika sesuatu itu tidak dimakannya akan timbullah rasa sakit, begitu juga akan bertambah parah jika tidak dimakan. Demikian halnya dengan orang yang mengalami kerinduan yang mendalam. Hal itu akan merusak hubungannya dengan orang yang dirindukannya, seperti tidak puas jika belum melihat, menyentuh, serta mendengarkannya. Akibat lebih jauhnya adalah akan terlintas hal negatif dalam benaknya akibat kecintaan yang sangat karena nafsu serta menghayalkan yang bukan-bukan atas sesuatu yang menjadi keinginannya. Jika ada yang merintangi niatnya, dia akan sakit, namun jika apa yang diinginkannya diberikan, penyakitnya akan bertambah parah. Di dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. bersabda;
Sesunguhnya Allah memelihara hambanya dari kesenangan dunia sebagaimana salah seorang di antara kamu mencegah makanan dan minuman bagi (keluarganya) yang sakit. (Hadits Dhaif)
Di dalam munajat Musa yang ma-tsur dari Wahab yang diriwayatkan Imam Ahmad di dalam Kitab as-Subdi, Allah berfirman di dalam hadits Qudsi,
Sesungguhnya Aku membekali para wali-Ku dari kenikmatan dunia dan peristirahatannya sebagaimana pengembala membekali serta sangat memperhatikan untanya dari tempat rerumputan yang berbahaya. Sesungguhnya Aku menjauhkan tempat dan penghidupannya sebagaimana pengembala yang menyayangi untanya dari kelengahan.
Tidak ada penyembuhan atas suatu penyakit kecuali dengan memahami penyakit itu dengan jalan menghilangkan rasa cinta yang merusak dari dalam hati.
No comments:
Post a Comment